Wibiw.id - Kita semua pasti tidak mengenal sosok ini yang telah melegenda di Indonesia karena dunia hitam. Ya Kusni Kasdut ini telah menghebohkan tahun 70-an karena telah menjadi pembicaraan yang hangat di semua kalangan karena Dia dengan kaki timpang kirinya ini terjun ke Dunia Hitam setelah sebelumnya sempat menjadi Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, walaupun tak resmi sebagai Laskar Rakyat Kusni tetap membantu kerja para TNI.
Misalnya saja, Waluyo adalah nama asli anak petani miskin di Blitar yang dihukum mati atas sejumlah kejahatan yang dibuatnya. Sebut saja, mulai dari menembak mati seorang polisi di Semarang, lalu membunuh saudagar kaya asal Arab dan merampok empat artefak di Museum Gajah serta sebelas permata di Monas.
Semua perbuatan jahatnya dilakukan usai ia bergabung dengan
Bir Ali, yang merupakan suami penyanyi Ellya Khadam. Dengan modal
sebuah pistol, secara kejam dia merampok dan membunuh saudagar kaya asal
Arab, Ali Badjened dari dalam mobil jeep yang dikemudikannya.
Satu tahun kemudian adalah aksinya yang paling
menggemparkan, yaitu pada Mei 1961 ia merampok secara membabi buta di
Museum Nasional Jakarta. Dengan menyamar ala polisi, ia menyandera dan
menembak mati seorang petugas museum.
Dalam aksinya, Kusni berhasil membawa sebelas permata.
Namun malang tak dapat ditolak, ia tertangkap saat menggadaikan permata
tersebut di Semarang. Petugas pegadaian yang curiga segera melapor ke
pihak berwajib dan ia segera ditangkap.
Perlu diketahui, Kusni adalah
penjahat ‘antik’, ia merampok barang-barang antik dan tak segan-segan
untuk membunuh korbannya untuk menghilangkan jejak. Pria bertubuh kurus
itu pun dijuluki sebagai Robin Hood Indonesia karena hasil rampokannya
yang dibagikan kepada orang miskin.
Namun, apapun alasannya, kejahatan tetap kejahatan. Ia
divonis hukuman mati atas sejumlah kejahatan yang telah dilakukannya. 16
Februari 1980 adalah saat dimana ia menjalani eksekusi hukuman matinya.
Dikenal sebagai si kancil yang gesit dan banyak akal, Kusni
membuktikan dengan berhasilnya ia kabur dari penjara sebanyak tujuh
kali. Hukuman tetaplah hukuman. Sebelum menjelang ajalnya, ia sempat
bertaubat usai bertemu dengan pengemuka agama katolik, ia pun memutuskan
untuk menjadi pengikut setianya yang langsung dibaptis dengan nama
Ignatius Kusni Kasdut.
Detik-detik menegangkan adalah saat sembilan jam terakhir Kusni.
Ia meminta agar istri, Sunarti dan anak serta menantu menemaninya
sambil menikmati makanan enak terakhir, yaitu ayam goreng, sayur capcai
dan mie.
Sebagai wujud pertaubatannya, Kusni
membuat sebuah lukisan dari batang pohon pisang yang mana sampai
sekarang lukisan itu masih terpajang di dinding gereja Katedral, Jakarta
Pusat. Ya, lukisan itu adalah gambar gereja itu sendiri lengkap dengan
menara dan arsitektur bangunannya yang unik.
Sebagai kenang-kenangan, sebuah puisi sebagai lambang pertaubatannya, ditulisnya dengan berjudul haru biru:
Kehidupan adalah perlawanan tanpa penyesalan.
Kesalahan hanyalah lawan kata kebenaran.
Selanjutnya engkau pasti tahu.
Tahun 1976 ku bertobat.
Semua yang ada tak selalu terlihat.
Jarak antar saat begitu dekat.
Situasilah yang memaksa dan membuat ku berlari.
Rindukan terang.
Pada pekat malam ku terjang.
Serpihan paku, kaca dan kawat berduri.
Bulan tak peduli turuti kata hati.
Hati menderu-deru, belenggu memburu.
Beradu cepat dengan peluru.
Kusadari hidupku hanya menunggu.
Suara dua belas senapan dalam satu letupan.
Satu aba-aba pada sasaran.
Yaitu ajalku..
Meskipun Kusni Kasdut ini Merupakan Penjahat Legendaris yang beringas yang tak segan membunuh seseorang untuk menghilangkan jejak, namun Ia memiliki Hati seperti permata. Tidak seperti Penjahat yang ada di Zaman sekarang ini, mereka merampok dari rakyat untuk kepentingan mereka sendiri atau kelompok mereka sendiri.
Wibiw.id
Ouh pejuang towh gan salut ane
ReplyDeleteIya juga sih, tapi itu lebih baik menurut saya dari pada buat diri sendiri
ReplyDeleteKusni cuma korban dari feodalisme pada jaman itu, rakyatnya sendiri bahkan tidak sadar bahwa pencuri sebenarnya adalah bangsa asing
ReplyDeletemantap gan :)
ReplyDelete